Carlo Ancelotti dan Zinedine Zidane adalah dua pelatih legendaris bagi Real Madrid di masa modern. Mereka bukan hanya hebat karena membawa Real Madrid mendulang banyak gelar, tetapi mereka adalah pelatih dengan gaya mereka masing-masing dan mereka tidak sama satu di antara yang lain. Zidane misalnya dengan tiga trofinya bersama El Real, sementara, Carlo dengan empat Liga Champions (dan dua sebagai pemain) dan gelar liga di setiap lima liga top Eropa.
Tiga piala yang diraih Zidane tentu akan selamanya berada di hati Madridistas dan mungkin merupakan pencapaian terbesar seorang manajer dalam sepakbola modern. Tetapi, apa yang membedakan Zidane dengan Carlo Anceloti?
Zidane tak bisa mengeluarkan potensi pemain muda
Zidane meninggalkan Real Madrid karena dia merasa tertekan dan mendapat perlakuan yang tidak adil dari klub. Mungkin dia ada benarnya tetapi di sisi lain, Real Madrid tidak menunjukkan kemajuan apa pun di lapangan sebagai serangan. Padahal Real memiliki Rodrygo Goes dan Vinicius Jr. Namun di bawah kepemimpinan Zidane, mereka seolah tak mampu mengeluarkan potensi terbaik.
Zidane hebat, namun Real Madrid nyaris tersingkir Liga Champion
Lolos babak grup adalah prestasi wajib yang tak boleh ditawar oleh tim-tim besar di dunia. Nah, prestasi merah bagi Zidane yang lainnya adalah, dia nyaris membuat Real Madrid tersingkir dari babak grup Liga Champions setelah kalah dari Shakhtar Donetsk sebanyak dua kali serta kehilangan poin melawan Borussia Monchengladbach.
Zidane adalah mesin yang lambat panas
Zidane pelatih yang lambat melakukan improvisasi ketika mereka tertekan. Bercermin pada pertandingan melawan Chelsea di Liga Champion, justru karena Zidane tidak menanggapi masalah besar yang melanda tim di musim 2020/21: Serangan ompong alias tidak tajam, pertahanan yang buruk dan perpindahan serangan ke bertahan yang rapuh, dan kurangnya ide di sepertiga akhir saat menguasai bola.
Akibat dirinya yang lambat panas, Real Madrid bermain terlalu lambat, dan mereka tidak pernah bisa mengubah gaya bermain mereka untuk pertandingan menghadapi klub-klub besar. Wajar jika mereka kehilangan begitu banyak poin yang membuat mereka kehilangan gelar liga.
Carlo Ancelotti sudah berpengalaman
Pengalaman adalah guru yang terbaik dan itu terbukti pada Ancelotti saat melatih Real Madrid. Kepelatihannya yang kedua kali bersama Los Galacticos membuktikan bahwa fans dan klub melihat betul kemampuan Ancelotti yang baik dalam meramu tim mencapai poin demi poin.
Carlo Ancelotti beradaptasi, tapi Zinedine Zidane tidak bisa
Perbedaan utamanya adalah Ancelotti mengubah idenya dan belajar dari kesalahannya. Dari kesalahannya, Carlo Ancelotti bisa mendapatkan lebih banyak kemenangan dari pemain seperti Vini Jr. dan Rodrygo. Bahkan Ancelotti bisa mendapatkan kontribusi yang hebat dari Dani Ceballos dan Jesus Vallejo. Meski tanpa David Alaba yang fit, ia tetap mengalahkan Manchester City.
Ancelotti penuh kreatifitas
Ancelotti mengubah caranya pada waktu yang tepat. Dia bereksperimen dan membuat rencana. Ancelotti menerima kritik dengan tenang dan tidak pernah menyerang para penggemar dan pers. Walaupun ada yang mencela bahwa kepemimpinan Ancelotti begini begitu, tapi coba perhatikan klub-klub besar yang berada dalam kepemimpinannya.
Bagi Anda yang suka taruhan bola, kunjungi BK8Bet untuk pengalaman taruhan bola yang asyik dan penuh promo keren!